Tradisi Tulude Sebagai Narasi Identitas Etno-Religius Komunitas Diaspora Jemaat GMIBM “Lembah Yarden” Dodap Pantai

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tradisi Tulude sebagai narasi identitas etno-religius komunitas diaspora jemaat GMIBM “Lembah Yarden” Dodap Pantai. Ritual Tulude diselenggarakan sebagai ucapan rasa syukur orang Sangihe Talaud kepada Mawu Ruata Ghenggona Langi (Ilahi/Tuhan) atas perlindungan dan berkat yang telah diberikan pada tahun yang telah berlalu serta meminta perlindungan dan berkat ditahun yang baru. Ritual ini terus dilaksanakan oleh suku Sangihe Talaud yang ada di GMIBM Lembah Yarden Dodap Pantai, Bolaang Mongondow. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan pengumpulan data diperoleh melalui wawancara dan melakukan observasi langsung secara langsung dengan narasumber. Penelitian ini dilihat dari teori Teologi menurut Stephen B. Bevans. Jemaat GMIBM Lembah Yarden Dodap Pantai berteologi kontekstual menggunakan model Antropologis, model Praksis, dan Model Transedental. Model Antropologis memahami bahwa konteks itu yang menentukan keberhargaan atau kebernilaian isi dan memahami bahwa manusia itulah sarana pewahyuan Allah. Tulude pada dasarnya sudah memiliki nilai sakral di dalam budaya yang dimaknai oleh masyarakat Sangihe Talaud, yaitu sebagai bentuk relasi antara manusia dengan Tuhan yang mengandung suatu nilai religiusitas. Model Praksis memiliki kekuatan daya transformatif. Perubahan-perubahan yang terjadi sehingga menghasilkan upacara Tulude seperti saat ini merupakan suatu bentuk penyesuaian terhadap keadaan yang terus berubah. Model transendental memiliki sasaran yang mau dicapai yaitu membuat manusia memahami iman yang dihayatinya secara autentik. Melalui Tulude, jemaat dapat merefleksikan iman mereka kepada Tuhan dalam setiap peristiwa yang telah mereka lewati